Guys, selama ini kita sering mendengar bahwa Pancasila digali dari nilai-nilai keluhuran bangsa. Apakah benar demikian?
Jika berkaca dari hasil riset penelusuran teks sejarah oleh Sujoko, Fidelis, & Wahyudi (2021) dari Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya, maka Pancasila tidaklah murni digali dari nilai-nilai keluhuran Nusantara. Kok bisa begitu?
Bung Karno sebagai founding person yang punya kontribusi besar terhadap lahirnya Pancasila, dalam pidatonya tidak menyebut Pancasila sebagai ideologi asli Indonesia loh, Guys. Tapi, Bung Karno menyebut Pancasila sebagai Philosopisce Grondslag yang menjadi nilai dasar bagi cikal-bakal berdirinya negara Indonesia.
Bagi Bung Karno, Pancasila sebagai Philosopisce Grondslag harus bisa menjadi konsensus bersama untuk merawat perbedaan suku, ras, golongan, agama, dan kepercayaan di Indonesia. Bukan sebagai ideologi yang justru menyeragamkan pandangan mereka yang berbeda, dan berbahaya disalahgunakan oleh mereka sedang berkuasa untuk memusuhi kelompok lain yang ‘dianggap’ berbeda dengan Pancasila.
Menariknya, alam pikiran Bung Karno ketika menggagas Pancasila sebagai Philosopisce Grondslag dalam pidato 1 Juni 1945 juga diwarnai beragam ideologi asing. Ada apa saja sih ideologi asingnya? Pastinya banyak Guys, karena Bung Karno itu maniak buku loh, hehe. Paling kentara ideologi asing yang mewarnai Pancasila itu ada (1) Sosialis-Komunis ala Marxisme, (2) Islamisme ala sekuler Mustafa Kemal Ataturk, dan (3) Nasionalisme Persatuan ala Ernest Renan dan Otto Bauer.
Nahh pastinya penasaran kan Guys, bagaimana tiga ideologi asing di dalam alam pikiran Soekarno tersebut mewarnai Pancasila? Langsung saja baca ke Link berikut yaa Guys, https://doi.org/10.31315/jik.v19i2.4609
Ref:
Sujoko, A., Saintio, F. A., & Wahyudi, D. (2021). Identitas Keindonesiaan Dalam Pidato Soekarno Pada 1 Juni 1945. Jurnal Ilmu Komunikasi, 19(2), 188-204. https://doi.org/10.31315/jik.v19i2.4609
Penulis: Dicky Wahyudi