Nestapa Manusia Modern

Ramdhan Zoelva
4 Min Read

Nestapa Manusia Modern

 

Karen Armstrong seorang pengkaji sejarah tuhan beralasan kuat dalam diri seorang manusia selain menjadi seorang HomoSapiens yang dilengkapi otak yang berkemampuan tinggi, pada saat yang bersamaan juga manusia adalah HomoReligiosus yang mendapatkan percikan ilahiah dalam penciptaanya. Konsekunsi dari pernyataan itu punya daya tuntut yang hebat bagi keberlanjutan hidup umat manusia. Terutama sekali pada cara kita hari ini mengasosisaikan sebuah kebenaran dari ilmu pengetahuan.

Dewasa ini, tampak jelas ilmu pengetahun serba bercorak empiristik dengan metode kuantitatif menduduki ‘peran utama’. Hal ini sedikit banyak dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran ala positivisme Auguste Comte yang mengajukan tiga tahapan pembebasan ilmu pengetahuan. Pertama, ilmu pengetahuan melepaskan diri dari lingukangan teologik yang bersifaat mistis. Kedua, ilmu pengetahuan melepaskan melepaskan diri dari lingkungan metafisik yang bersifat abstrak. Ketiga, ilmu pengetahuan menemukan otonominya dalam lingkungan positivistik.

Pada giliranya, berkembanag metode ilmiah yang membatasi obyek yang dihasilkan pada observasi emprik yang menampakan wajah kebenaran hanya dapat dipahami dalam batas perhitungan kuantitatif dan matematik. Apa yang disebut benar adalah yang nampak dan terukur. Tidak ada kebenaran spekulatif dan abstraktif. Sadar atau tidak manusia mengembangkan hirarki keilmuan berdasarkan mindset ini.

Kondisi seperti ini oleh sastrawan indonesia Goenawan Mohamad salah satu pendiri majalah Tempo coba untuk menggambarkannya dengan gaya khas:

“Akhirnya bukan sepi yang mengambil alih, tetapi struktur. Umumnya yang tak disadari ialah bahwa struktur itu harus disusun dengan kekuatan yang terhimpun. Siasat dan alat harus dikerahkan seperti ketika kita membangun imperium dan mengurus bisnis. Kalkulasi akan dibuat atas segalanya, termasuk waktu yang tak lagi sama dengan momen ajaib. Waktu jadi sesuatu yang bisa dipetak-petak dan diukur. Waktu jadi secaelum. Persis seperti itulah yang sekuler merasuk di dalam yang religus’’

Dalam hirarki ilmu pengeahuan hari ini ilmu pasti menduduki posisi tertinggi, diikuti ilmu-ilmu kealaman, kemudian ilmu-lmu sosial, itu pun yang positivistik dan materialistik, baru kemudian ilmu-ilmu humaniora, dan terakhir adalah ilmu agama.

Pintar atau tidaknya manusia pun, khususnya pelajar, diukur dari penguasanya atas hirarki keilmuan tersebut. Padahal pintar dan bodoh itu tak bisa diukur berdasarkan ukuran dan standar yang sama. Hal ini karena pada dasarnya setiap manusia memiliki potensi dan kemampuan yang beragam dan berbeda. Hirarki akan membuat arogansi keilmuan yang cendrung meremehkan disiplin ilmu lainya.

Berawal dari nestapa inilah kemudian melahirkan Filsafat Perennial yang oleh Sayyed Hossen Nasr diletakan sebagai sebuah kritik atas ilmu pengetahuan modern yang serba bercorak posivistik dan materilistik, yang membuat manusia modern jauh dan kering dari tujuan akhir sebuah ilmu pengetahuan yaitu iman.

Secara etimologis, perennial berasal dari bahasa latin yaitu perennis, yang berarti kekal, selama-lamanya atau abadi. Sehingga Filsafat Perennial dikatakan juga sebagai Filsafat Keabadian

Filsafat Perennial (Philosophy Perennis) merupakan karya paling monumental dari pemikiran Seyyed Hossein Nasr, dan dengan pemikiran itu pula ia berhasil mempertemukan antara Agama Islam, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Modern (Sains) yang menurutnya akan tetap abadi untuk selamanya. Sebagai agama universal Islam merupakan kelanjutan dari agama-agama yang pernah diturunkan kepada rasul-rasul, mulai Adam A.S. sampai kepada Nabi Muhammad SAW keseluruhan agama itu disebut dengan al-Islam yang intinya adalah penyerahan secara totalitas kepada Tuhan. Apabila yang menjadi inti adalah penyerahan diri kepada Tuhan, maka pada dasarnya semua agama-agama monoteistis mengaku hanya menyerahkan diri kepada Tuhan saja. Ini berarti penyerahan diri (al-Islam) merupakan ajaran agama yang abadi dan berlaku sepanjang masa (religion perennis).

Share This Article
Leave a comment
Layanan Prima Taman Sains

Form Pendaftaran Kontributor Penulis tamansains.com